Latar Belakang
Dewasa ini masyarakat Islam dunia, Indonesia mengalami serangkaian malapetaka ini sangat komplek. Dari sosiokegaamaan, umat terlalu sadar dengan adanya perbedaaan dalam beragama, bahkan dalam ber-Islam, sehingga dirinya terjauh dari pentingnya dan indahnya persatuan. Dalam sosiokemasyarakatan, umat Islam di Indonesia khususnya terlalu antusias terhadap kebebasan berekspresi, sehingga lupa akan etika dan etiket. Dari sisi sosioekonomi, umat kita termakan gaya hedonis di tengah kemampuan yang tidak segaris, sehingga sikap idealis terkikis oleh nikmatnya pragmatis. Sementara tataran pada sosiopolitik, pada masa mendatang umat ini tampaknya semakin tidak berdaya dengan minimnya kader Islam pionir.
Kesempatan masyarakat Islam untuk mewujudkan peradaban ideal bagi bangsa ini masih terbuka lebar. Salah satu caranya yaitu membentengi tunas-tunas bangsa dari hal yang merusak darimanapun asalnya, bagaimanapun bentuknya, dan menyiraminya dengan pemahaman Islam yang tasamuh, wasathiyah, dan diimbangi dengan pengetahuan terbuka pada perkembangan teknologi dan informasi. Sehingga dengan upaya tersebut, kita dapat mengawal generasi muda Islam untuk menjadi kader pionir yang mapan dalam pengetahuan dan khazanah Islam serta sikap yang moderat dalam menghadapi tantangan dunia ke depan.
Upaya mempersiapkan kader umat tersebut tentu tidak akan terwujud tanpa adanya aksi ril dari masyarakat itu sendiri, yaitu dengan membentuk sebuah lembaga ideal yang mampu menjawab tantangan tersebut. Dari lembaga-lembaga pendidikan ke-Islaman yang selama ini ada, hanya Pondok Pesantren lah yang mampu menjawab tantangan tersebut. Pesantren selama ini menjadi pondasi dan garda terdepan dalam membangun bangsa. Meski Pesantren identik dengan lembaga intensif pada pengajaran agama Islam, akan tetapi nilai-nilai nasionalisme menjadi tumpuan dalam mendidik setiap santrinya. Oleh karena itulah, pada saat bangsa ini dalam masa sulit oleh kungkungan penjajah, Pesantren menjadi basis dan bersama-sama melaksanakan aksi bela negara.
Menjawab perkembangan peradaban dunia yang sangat cepat, kini pesantren banyak melakukan pembenahan dalam sistem dan bahan pendidikan sehingga mampu menjawab tantangan yang ada. Pesantren tidak hanya belajar agama Islam, akan tetapi juga memadu padankan dengan sains dan teknologi. Sehingga saat ini lulusan pesantren memiliki daya saing yang tinggi. Siswa lulusan pesantren tidak selalu menjadi Juru dakwah dan pengajar agama, akan tetapi juga berkiprah pada ranah yang lebih umum, dimana pengetahuan Islam yang ia miliki menjadi benteng dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Menyadari perlunya pendidikan berbasis Pesantren, hingga saat ini banyak orang tua yang mengirim anaknya untuk sekolah ke Pondok Pesantren. Sementara ini istilah mondok masih jawa sentris. Bagi yang tinggal di pulau Jawa mungkin tidak terlalu sulit untuk mendapatkan Pendidikan pesantren yang ideal. Namun, di luar Jawa minim sekali menemukannya. Sehingga karena mempertimbangkan jarak dan pengetahuan, terpaksa memilih sekolah pendidikan umum yang minim pendidikan agamanya. Kalaupun memilih untuk belajar di Pondok Pesantren, maka masih minim jumlah Pondok Pesantren yang benar-benar komitmen terhadap keagamaan dan kebangsaan pada saat yang sama. Sementara ini, mereka yang kekeuh mengirim anaknya ke Pesantren-pesantren besar di Pulau Jawa karena mempertimbangkan kualitasnya dibandingkan yang ada di wilayahnya, salah satunya ke Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.
Bercermin pada latar belakang di atas, masyarakat Tanah Laut melalui Yayasan Noor Hasyim Bina Aswaja memandang:
- Perlu kehadiran Lembaga Pendidikan berbasis Pondok Pesantren yang berkualitas di Tanah Laut
- Dengan adanya Pesantren berkelas di salah satu wilayah pelosok Indonesia ini diyakini mampu membangkitkan gairah pendidikan Islam di tengah pendidikan umum yang telah ada saat ini dan minimnya Pondok Pesantren sekitar yang komitmen pada agama dan bangsa pada saat yang sama.
- Masyarakat Islam di manapun berada, khususnya di Tanah laut berhak mendapatkan pendidikan Islam yang berkualitas guna membentengi generasi muda Islam di masa mendatang dengan pandangan yang moderat.
Sebagai wujud keseriusan tersebut Yayasan Noor Hasyim telah melakukan upaya-upaya sebagaimana berikut:
- Mendirikan Yayasan Noor Hasyim Bina Aswaja sebagai badan hukum yang menaungi semua program kerja.
- Melaksanakan silaturahmi dengan KH. Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng pada Juni 2022, dan sebelumnya juga telah berkomunikasi dengan Almarhum KH. Sholahuddin Wahid pada tahun 2016.
- Menyelenggarakan Pendidikan diniyah “Lembaga Pendidikan Tahsin dan Tahfizh Qur’an” sejak tahun 2016 lalu dan telah memiliki 270 santri dengan jam belajar sore dan malam.
- Menyelenggarakan Pendidikan formal PAUD Tunas Aswaja dan Sekolah Dasar Insan Aswaja mulai tahun 2022 dengan jumlah siswa 65 siswa siswi.
- Membangun sarana dan prasarana berupa: Masjid Noor Hasyim, Gedung Madrasah Diniyah, gedung PAUD dan SD, asrama dan kelas untuk santri dan santriwati tahun ajaran pertama 2023, gedung dapur dan Jasa Boga, serta kamar mandi dan cuci umum.
- Menjajaki dan membangun unit usaha yang dapat menopang kemandirian pesantren.